Senin, 18 Mei 2009

Kematian Paman Gober

“KEMATIAN PAMAN GOBER”
Sebuah Refleksi oleh Seno Gumira Ajidarma
MARGIATI


Sebuah metafora yang sangat tepat dan akurat itulah komentar yang tepat untuk cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. Betapa tidak, cerpen itu telah dibuat tahun 1994 namun serasa baru kemarin dibuat. Kematian Paman Gober yang waktu itu ditunggu-tunggu oleh semuah bebek, saat ini telah lewat bahkan menjadi inspirasi untuk cerita baru yang dapat dibuat oleh siapa pun juga.
Tahun 1994 konidisi Negara kita sedang memanas, berbagai kritikan akan menjadi boomerang bagi yang melakukannya. Seperti di dalam cerpen Kematian Paman Gober “Tiada lagi berita yang bisa dibaca di koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Banyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-koran telah menjadi kertas, bukan media”. Pada waktu itu beberapa media telah dibreidel, para sastrawan tidak lagi memilih kebebasan mengungkapkan tugasnya.
Tetapi Seno Gumira Ajidarma telah dengan nyata melahirkan kecakapan dan kemahirannya dalam membuat cerpen Kematian Paman Gober. Hampir semua orang mengenal took Paman Gober, apalagi untuk pencinta komik Donal Bebek. Pengetahuan dan pengalamannya mampu menyajikan cerpen itu berjalan melintasi waktu. Bahkan orang secara langsung bisa menafsirkan dengan bebas siapa si Paman Gober.
Sebagai sastrawan yang lahir di Boston 50 tahun yang lalu dan bergelar doctor dalam ilmu sastra dari UI, yang megisternya ilmu filsafat dari UI pula bahkan ia juga keluaran Fakultas Film & Televisi, IKJ. Tentulah dapat mengerti peran sastrawan serta fungsi sastra yang sesungguhnya. Jiwa kebebasan Seno begitu berbeda dengan manusia yang jiwanya seperti bebek, teratur, dan selalu tergantung pada pimpinannya.
Seno Gumira Ajidarma menjalankan “kebebasan” yang sebenarnya yaitu kebebasan yang melambangkan hakekat. Sebab tidak adanya kebebasan dalam sastra berarti suatu perkosaan yang akan melahirkan kebohongan dalam sastra itu sendiri.Seno telah berhasil menjalankan kebebasannya lewat cerpen Kematian Paman Gober.
Secara asasi, baik karya sastra maupun filsafat sebenarnya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan manusia. Hanya jika karya sastra meupakan refleksi evaluatif, maka filsafat merupakan refleksi kritis. Seno membuat cerpen Kematian Paman Gober dengan filsafat komik yang tinggi, karena Seno bukan saja seorang sastrawan biasa tapi dia menguasai ilmu filsafat dan sastra. Seno telah melakukan refleksi itu lewat Kematian Paman Gober.
Seno sendiri tak pernah berpikir ceritanya akan seheboh ini, ketika menulisnya 24 tahun yang lalu karena Seno bukan peramal yang bakal tahu kejadiannya akan begini. Dari pada kita menghabiskan energi untuk melawan lebih baik kita gunakan untuk membangun sesuatu yang positif. Kita dapat menghemat tenaga bahkan biaya untuk sesuatu yang berguna dari pada sebuah perlawanan yang menelan banyak korban.






Dibuat Oleh : Margiati Kelas C Npm. A2008055
Untuk Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Teori Sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar